Akses Wi-Fi kini “bisa” digunakan
layaknya akses data pada jaringan selular. Mampu beroperasi di wilayah
lebih luas dan seamless services. Menjadikan akses broadband kian mudah
digunakan.
Ada kabar gembira bagi pengguna akses internet Wi-Fi (Wireless Fidelity)
di Tanah Air. Jika tak ada aral melintang teknologi mesh Wi-fi akan
mulai dicoba di wilayah Jakarta pada medio Februari – Maret 2007,
kawasan Senayan kabarnya yang akan dipilih sebagai area uji mesh Wi-Fi.
Kehadiran mesh Wi-Fi adalah angin segar dan revolusi tersendiri dalam
hal akses internet wireless mobile. Sebelum membahas lebih jauh, perlu
diketahui mesh Wi-Fi adalah solusi akses Wi-Fi yang mencakup wilayah
luas, dapat melayani area indoor/outdoor dan tentu yang paling hebat
mampu menjalankan fungsi roaming dan seamless antar node. Dalam
terminologi jaringan selular, node dapat diartikan seperti halnya
perangkat BTS (base transceiver station).
Mesh Wi-Fi dalam
cakupan yang luas, misalkan dirancang untuk coverage seluruh perkotaan
disebut metro Wi-Fi, sudah diterapkan pada kota Seattle dan Philadelpia
di Amerika Serikat. Hadirnya mesh Wi-Fi banyak manfaat yang sebelumnya
tak terpikirkan, melakukan akses Wi-Fi baik di ponsel, PDA ataupun
laptop bisa sambil berkeliling dan mobile di wilayah yang luas tanpa
putus akses antar access point (seamless). Sebelumnya seamless antar
node Wi-Fi belum dimungkinkan. Antar Wi-Fi access point tidak
dimungkinkan untuk proses hand over.
Gambar 1- Metro Seamless Wi-Fi
Konsep Jaringan mesh Wi-FiUji
coba mesh Wi-Fi di Senayan adalah hasil kerjasama antara pihak Pemda
DKI Jakarta dan Motorola network selaku pihak vendor. Mesh Wi-Fi akan
ditawarkan ke pihak Pemda yang kemudian akan menyewakan biaya penggunaan
node kepada para ISP (internet service provider). Pemda dalam konsep
ini berperan sebagai pemilik pole yakni tiang-tiang lampu/listrik di
sisi-sisi jalan. Dalam gelarnya perangkat mesh Wi-Fi outdoor akan
ditempatkan di atas tiang-tiang lampu. Hal ini dimaksudkan untuk mampu
meng cover pengguna Wi-Fi yang sedang mobile. Jarak antar node kabarnya
dirancang sekitar 500 meter dengan biaya instalasi per node sekitar 500
dollar AS. Pada ajang Jambore Nasional (Jamnas) 2006 di Sumedang – Jawa
Barat mesh Wi-Fi pun pernah diuji coba secara terbatas.
Jika di
daratan negeri paman Sam mesh Wi-Fi sudah dioperasikan, bagaimana dengan
di negara-negara lainnya? Sebagai contoh dan tidak jauh yakni
Singapura. Di negara pulau ini mesh Wi-Fi sudah dalam tahap pembangunan
jaringan secara komersial. Menurut artikel dari harian The Straits Times
25 Desember 2006, disebutkan mesh Wi-Fi akan benar-benar siap melayani
pelanggan secara menyeluruh pada bulan September mendatang. Mesh Wi-Fi
di Singapura dipersiapkan sebagai bentuk layanan publik dan tertuang
dalam dokumen “Call for Collaboration” yang dituangkan oleh IDA
(Infocomm Development Authority) of Singapore. Sampai akhir tahun lalu
sudah terpasang 600 hotspot dan hingga September 2007 akan ditambah
menjadi 5000 hotspot.
Sedari awal layanan ini disebut-sebut
bersifat free alias gratis di Singapura. Ada yang menyebut pelanggan log
in dahulu, baru kemudian dikirim password via SMS. Kabarnya keuntungan
gelar layanan ini akan diperoleh dari peningkatan volume dan tarif
iklan, mengingat internet Wi-Fi akan semakin mudah diakses dan dilihat
oleh orang banyak. Jika di Jakarta baru Senayan sebagai lahan uji, di
Singapura konsentrasi layanan ini mencakup west, east dan north region
(lihat gambar). Sebagai titik konsentasi hotspot seperti wilayah
Chinatown, Orchard Road, Little India dan Central Business District.
Tiga provider intrernet turut terlibat dalam proyek ini seperti Singtel,
iCell Network dan QMax.
Mengenal Jaringan mesh Wi-Fi
Meski
mempunyai kapasitas yang jauh berbeda, tapi ada kesamaan konsep antara
gelar jaringan mesh Wi-Fi dan selular. Sistem pemancar (node/hotspot)
Wi-Fi bersifat omni directional alias memancar ke segala penjuru,
menjadikan pola pengaturan gelar sistem pemancar idealnya dibuat
heksagon atau pentagon (segi lima), serupa dengan yang diterapkan pada
gelar jaringan selular untuk BTS-BTS. Begitu pun dengan perangkat
hardware yang dibutuhkan, guna mendukung gelar akses tersedia module
indoor, outdoor dan nomadic. Walau parameternya sama sekali berbeda,
pada selular GSM dikenal pula cell BTS indoor dan outdoor. Untuk lebih
memahami perangkat pendukung mesh Wi-Fi, berikut dijelaskan elemen
teknologi hardware mesh Wi-Fi dari Motorola.
Canopy Hot Zone,
Canopy
hot zone adalah sebutan untuk solusi mesh Wi-Fi Motorola yang terdiri
dari tiga tipe module yakni outdoor zone points, nomadic zone points dan
indoor zone points. Outdoor zone points ditempatkan pada luar ruangan
seperti mounted pada gedung dan tiang-tiang. Nomadic zone points
ditempatkan pada media mobile seperti bus dan kereta api. Sedang indoor
zone points berupa penempatan hotspot di dalam gedung. Ketiga perangkat
mampu di set beroperasi seamless dan mendukung untuk koneksi ke
perangkat Wi-Fi 802.11 b/g.
Gambar 2 – Outdoor Zone Points
Gambar 3– Nomadic Zone Points
Gambar 4 – Indoor Zone Points
Untuk
membentuk sebuah layanan mesh Wi-Fi juga digunakan sistem tingakatan
jaringan. Seperti telihat pada gambar dibawah, zone points atau mesh
layar harus terkoneksi dengan distribution layer dan kemudian kembali ke
backhaul layer. Dari backhaul layer akses internet disambungkan ke
jaringan kabel. Intelligent Access Points (IAP) betindak sebagai gateway
antara jaringan kabel dan nirkabel. Namun dalam gambar diperlihatkan
IAP terkoneksi ke backhaul layer memanfaatkan wireless broadband lewat
teknologi canopy access point.
Gambar 5 – Sistem Jaringan mesh Wi-Fi
Tiga
rangkaian canopy hot zone yang disebutkan diatas mengadopsi single
frekuensi yakni 2,4 Ghz. Frekuensi tunggal tersebut digunakan untuk
koneksi ke access layer (perangkat Wi-Fi) dan transmisi data antar node.
Penggunaan single frekuensi lebih mudah dalam implementasi, namun
throughput data menjadi terbatas. “Untuk menyiasati hal itu, Motorola
juga menawarkan Hot Zone Duo, yakni zone points outdoor dengan dual
frekuensi 2,4 Ghz dan 5,8 Ghz. Frekuensi 5,8 Ghz digunakan khusus untuk
akses antar node dan koneksi ke backhaul,” ujar R. Wahyu Haryadi,
Network Division PT. Motorola Indonesia. Konsep dual frekuensi ini
menjadikan tingkat throughput data menjadi lebih tinggi. Sebagai
ilustrasi, single frekuensi mampu menyalurkan user data throughput 9
Mbps, sedang dual frekuensi bisa sampai 30 Mbps. Dalam uji coba di
Senayan, Motorola baru memperkenalkan single frekuensi mesh layer.
Gambar 6 – Hot Zone Dual Radio
Bagaimana
dengan soal keamanan data? Standar keamanan mesh Wi-Fi sudah
dipersiapkan cukup apik, standar antar node sudah menggunakan 802.11i
yang memiki sistem enkripsi, key management dan otentifikasi lebih kuat.
Selain juga terdapat bekal standar keamanan seperti Wi-Fi Protected
Access (WPA) dan yang tarbaru Advanced Encryption Standard (AES). Lalu
apa saja yang menjadi aplikasi unggulan pada mesh Wi-Fi.
Dokumen
IDA Singapura menyebut akses standar teknologi mampu menjalankan email,
internet browsing, virtual private network (VPN), instant messaging,
voice over IP (VoIP), online games, video streaming dan video
conferencing. Tidak ketinggalan ditetapkan standar speed data 512 Kbps
dan koneksi harus aktif selama 24 jam selama 7 hari dalam seminggu.
Dilihat dari kecanggihan dan sifatnya yang multi fungsi, mesh Wi-Fi yang
termasuk golongan broadband access bisa jadi kedepan dapat menandingi
popularitas broadband 3G. Hanya saja sampai saat ini mesh Wi-Fi baru
mencakup seamless akses data, belum mencakup seamless voice services.
keren min grafiknya... best lah
BalasHapus