Pages

Sabtu, 02 Februari 2013

Wireless Outdoor & Inddor

Akses Wi-Fi kini “bisa” digunakan layaknya akses data pada jaringan selular. Mampu beroperasi di wilayah lebih luas dan seamless services. Menjadikan akses broadband kian mudah digunakan.

Ada kabar gembira bagi pengguna akses internet Wi-Fi (Wireless Fidelity) di Tanah Air. Jika tak ada aral melintang teknologi mesh Wi-fi akan mulai dicoba di wilayah Jakarta pada medio Februari – Maret 2007, kawasan Senayan kabarnya yang akan dipilih sebagai area uji mesh Wi-Fi. Kehadiran mesh Wi-Fi adalah angin segar dan revolusi tersendiri dalam hal akses internet wireless mobile. Sebelum membahas lebih jauh, perlu diketahui mesh Wi-Fi adalah solusi akses Wi-Fi yang mencakup wilayah luas, dapat melayani area indoor/outdoor dan tentu yang paling hebat mampu menjalankan fungsi roaming dan seamless antar node. Dalam terminologi jaringan selular, node dapat diartikan seperti halnya perangkat BTS (base transceiver station).


Mesh Wi-Fi dalam cakupan yang luas, misalkan dirancang untuk coverage seluruh perkotaan disebut metro Wi-Fi, sudah diterapkan pada kota Seattle dan Philadelpia di Amerika Serikat. Hadirnya mesh Wi-Fi banyak manfaat yang sebelumnya tak terpikirkan, melakukan akses Wi-Fi baik di ponsel, PDA ataupun laptop bisa sambil berkeliling dan mobile di wilayah yang luas tanpa putus akses antar access point (seamless). Sebelumnya seamless antar node Wi-Fi belum dimungkinkan. Antar Wi-Fi access point tidak dimungkinkan untuk proses hand over.

Gambar 1- Metro Seamless Wi-Fi
Konsep Jaringan mesh Wi-FiUji coba mesh Wi-Fi di Senayan adalah hasil kerjasama antara pihak Pemda DKI Jakarta dan Motorola network selaku pihak vendor. Mesh Wi-Fi akan ditawarkan ke pihak Pemda yang kemudian akan menyewakan biaya penggunaan node kepada para ISP (internet service provider). Pemda dalam konsep ini berperan sebagai pemilik pole yakni tiang-tiang lampu/listrik di sisi-sisi jalan. Dalam gelarnya perangkat mesh Wi-Fi outdoor akan ditempatkan di atas tiang-tiang lampu. Hal ini dimaksudkan untuk mampu meng cover pengguna Wi-Fi yang sedang mobile. Jarak antar node kabarnya dirancang sekitar 500 meter dengan biaya instalasi per node sekitar 500 dollar AS. Pada ajang Jambore Nasional (Jamnas) 2006 di Sumedang – Jawa Barat mesh Wi-Fi pun pernah diuji coba secara terbatas.

Jika di daratan negeri paman Sam mesh Wi-Fi sudah dioperasikan, bagaimana dengan di negara-negara lainnya? Sebagai contoh dan tidak jauh yakni Singapura. Di negara pulau ini mesh Wi-Fi sudah dalam tahap pembangunan jaringan secara komersial. Menurut artikel dari harian The Straits Times 25 Desember 2006, disebutkan mesh Wi-Fi akan benar-benar siap melayani pelanggan secara menyeluruh pada bulan September mendatang. Mesh Wi-Fi di Singapura dipersiapkan sebagai bentuk layanan publik dan tertuang dalam dokumen “Call for Collaboration” yang dituangkan oleh IDA (Infocomm Development Authority) of Singapore. Sampai akhir tahun lalu sudah terpasang 600 hotspot dan hingga September 2007 akan ditambah menjadi 5000 hotspot.

Sedari awal layanan ini disebut-sebut bersifat free alias gratis di Singapura. Ada yang menyebut pelanggan log in dahulu, baru kemudian dikirim password via SMS. Kabarnya keuntungan gelar layanan ini akan diperoleh dari peningkatan volume dan tarif iklan, mengingat internet Wi-Fi akan semakin mudah diakses dan dilihat oleh orang banyak. Jika di Jakarta baru Senayan sebagai lahan uji, di Singapura konsentrasi layanan ini mencakup west, east dan north region (lihat gambar). Sebagai titik konsentasi hotspot seperti wilayah Chinatown, Orchard Road, Little India dan Central Business District. Tiga provider intrernet turut terlibat dalam proyek ini seperti Singtel, iCell Network dan QMax.

Mengenal Jaringan mesh Wi-Fi
Meski mempunyai kapasitas yang jauh berbeda, tapi ada kesamaan konsep antara gelar jaringan mesh Wi-Fi dan selular. Sistem pemancar (node/hotspot) Wi-Fi bersifat omni directional alias memancar ke segala penjuru, menjadikan pola pengaturan gelar sistem pemancar idealnya dibuat heksagon atau pentagon (segi lima), serupa dengan yang diterapkan pada gelar jaringan selular untuk BTS-BTS. Begitu pun dengan perangkat hardware yang dibutuhkan, guna mendukung gelar akses tersedia module indoor, outdoor dan nomadic. Walau parameternya sama sekali berbeda, pada selular GSM dikenal pula cell BTS indoor dan outdoor. Untuk lebih memahami perangkat pendukung mesh Wi-Fi, berikut dijelaskan elemen teknologi hardware mesh Wi-Fi dari Motorola.

Canopy Hot Zone,
Canopy hot zone adalah sebutan untuk solusi mesh Wi-Fi Motorola yang terdiri dari tiga tipe module yakni outdoor zone points, nomadic zone points dan indoor zone points. Outdoor zone points ditempatkan pada luar ruangan seperti mounted pada gedung dan tiang-tiang. Nomadic zone points ditempatkan pada media mobile seperti bus dan kereta api. Sedang indoor zone points berupa penempatan hotspot di dalam gedung. Ketiga perangkat mampu di set beroperasi seamless dan mendukung untuk koneksi ke perangkat Wi-Fi 802.11 b/g.

Gambar 2 – Outdoor Zone Points














Gambar 3– Nomadic Zone Points














Gambar 4 – Indoor Zone Points

Untuk membentuk sebuah layanan mesh Wi-Fi juga digunakan sistem tingakatan jaringan. Seperti telihat pada gambar dibawah, zone points atau mesh layar harus terkoneksi dengan distribution layer dan kemudian kembali ke backhaul layer. Dari backhaul layer akses internet disambungkan ke jaringan kabel. Intelligent Access Points (IAP) betindak sebagai gateway antara jaringan kabel dan nirkabel. Namun dalam gambar diperlihatkan IAP terkoneksi ke backhaul layer memanfaatkan wireless broadband lewat teknologi canopy access point.

Gambar 5 – Sistem Jaringan mesh Wi-Fi

Tiga rangkaian canopy hot zone yang disebutkan diatas mengadopsi single frekuensi yakni 2,4 Ghz. Frekuensi tunggal tersebut digunakan untuk koneksi ke access layer (perangkat Wi-Fi) dan transmisi data antar node. Penggunaan single frekuensi lebih mudah dalam implementasi, namun throughput data menjadi terbatas. “Untuk menyiasati hal itu, Motorola juga menawarkan Hot Zone Duo, yakni zone points outdoor dengan dual frekuensi 2,4 Ghz dan 5,8 Ghz. Frekuensi 5,8 Ghz digunakan khusus untuk akses antar node dan koneksi ke backhaul,” ujar R. Wahyu Haryadi, Network Division PT. Motorola Indonesia. Konsep dual frekuensi ini menjadikan tingkat throughput data menjadi lebih tinggi. Sebagai ilustrasi, single frekuensi mampu menyalurkan user data throughput 9 Mbps, sedang dual frekuensi bisa sampai 30 Mbps. Dalam uji coba di Senayan, Motorola baru memperkenalkan single frekuensi mesh layer.

Gambar 6 – Hot Zone Dual Radio

Bagaimana dengan soal keamanan data? Standar keamanan mesh Wi-Fi sudah dipersiapkan cukup apik, standar antar node sudah menggunakan 802.11i yang memiki sistem enkripsi, key management dan otentifikasi lebih kuat. Selain juga terdapat bekal standar keamanan seperti Wi-Fi Protected Access (WPA) dan yang tarbaru Advanced Encryption Standard (AES). Lalu apa saja yang menjadi aplikasi unggulan pada mesh Wi-Fi.


Dokumen IDA Singapura menyebut akses standar teknologi mampu menjalankan email, internet browsing, virtual private network (VPN), instant messaging, voice over IP (VoIP), online games, video streaming dan video conferencing. Tidak ketinggalan ditetapkan standar speed data 512 Kbps dan koneksi harus aktif selama 24 jam selama 7 hari dalam seminggu. Dilihat dari kecanggihan dan sifatnya yang multi fungsi, mesh Wi-Fi yang termasuk golongan broadband access bisa jadi kedepan dapat menandingi popularitas broadband 3G. Hanya saja sampai saat ini mesh Wi-Fi baru mencakup seamless akses data, belum mencakup seamless voice services.

1 komentar: